Kamis, 02 Februari 2012

Pengaruh Munculnya Media Sosial Terhadap Perkembangan Perilaku dan Pola Hidup Masyarakat


IT Report, sebuah media cetak internasional pernah mengeluarkan pernyataan yang filosofis: “kalau teknologi adalah jawaban, lalu apa pertanyaannya?” Barangkali pernyataan seperti ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa teknologi sebenarnya hanyalah satubagian dari sebuah sistem yang menjalankan dan mengubah dunia saat ini. Beberapa orang yang progresif memandang teknologi adalah solusi dari semua permasalahan manusia, terutama ekonomi.
Namun, teknologi mengambil peranan yang sangat penting dalam komunikasi. Bahkan bisa dikatakan, komunikasi tidak akan bisa semudah saat sekarang ini jika tidak ada kemajuan teknologi yang cepat. Dan sesungguhnya media lahir dari teknologi.  Ingat mesin cetak pertama yang dibuat oleh Johannes Guttenberg. Kemampuan teknologi pengganda itu menghasilkan banyak media cetak koran, majalah, tabloid hingga buku.
Teknologi telekomunikasi pun semakin berkembang, semakin cepat, tepat, akurat, kecil, murah, mudah, efektif dan efisien. Proses berkomunikasi pun memiliki ciri dan sifat yang seperti itu, khususnya efektif. Proses mengirimkan pesan dari Indonesia ke Kanada tidak usah menunggu hingga berminggu-minggu berkat e-mail. Informasi dan kegiatan berkomunikasi kualitas dan kuantitasnya dihitung dalam satuan digital 0 dan 1. Kecepatan dan ketepatan informasi sangat dimungkinkan oleh pemakaian media dengan teknologi yang tepat. Hingga perlu digarisbawahi di sini adalah berbicara komunikasi dan media maka kita juga akan membicarakan komunikasi. Media adalah teknologi dan teknologi adalah media.
Milenium ketiga adalah zaman keemasan teknologi informasi. Sebagai gelombang ketiga peradaban umat manusia seperti yang diramalkan Alfin Toffler sebelumnya adalah peradaban yang super cepat. Ruang dan waktu semakin dibuat cepat dan sempit, seakan-akan dunia dibuat menjadi satu komunitas, di mana setiap penghuninya bisa berinteraksi secara realtime tanpa halangan yang berarti. Berbagi informasi antar benua dan negara di belahan dunia manapun semakin mudah. Puncak dan titik acuan dari ini semua adalah konvergensi komputer dan telekomunikasi 30 tahun yang lalu. Jadilah teknologi internet yang kita kenal selama ini seakan-akan tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai media komunikasi, ia sama saja seperti kebutuhan manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Hingga bisa dimunculkan tesis, kebutuhan terhadap internet adalah kebutuhan untuk berkomunikasi dan ini adalah harga mati.
Dari sini juga dilakukan terus diversifikasi alat-alat berteknologi canggih lainnya, tentu rata-rata didasarkan pada teknologi internet itu. Seperti Personal Data Asssistant (PDA), Tablet PC, Notebook, CD ROM, VCD, DVD, SVCD, Pena Digital, telepon  selular, GPRS, CDMA dan banyak lagi yang lainnya. Semua teknologi ini dimaksudkan untuk mempermudah proses komunikasi antar manusia dalam konteks global. Dijanjikan penggunaannya sangat mudah dengan harga yang relatif murah. Namun perlu dipertanyakan kembali bagaimana efeknya terhadap kesenjangan penggunaannnya di negara-negara berkembang. Teknologi yang baru muncul tidak serta merta merata pemakaiannya di seluruh dunia, walaupun standar yang digunakan juga relatif sama. Namun demikian, beberapa negara berkembang belum memiliki sarana penunjang yang memungkinkan teknologi terbaru bisa diadopsi. Belum lagi jika kita membicarakan adaptasinya di masyarakat yang berbeda kultur. Padahal masalah mendasar dalam berkomunikasi adalah kesamaan pesan yang diterima tanpa noise. Kesenjangan TI ini juga dinilai sebagai noise yang memang sampai kini menjadi masalah. Karena, menyangkut berbagai macam faktor, seperti politik dan ekonomi.
Selain kecepatan yang lebih besar untuk mengirimkan pesan, kita juga menyaksikan perubahan-perubahan besar dalam volume informasi yang dikirimkan, disimpan, dan diambil kembali. Misalnya peralatan elektronik dalam bidang percetakan secara menakjubkan telah meningkatkan jumlah buku, bultein, dan majalah yang diterbitkan.
Williams (1989) menjelasakan bahwa teknologi baru dapat dianggap sebagai perluasan media bahwa sementara media berfungsi sebagai indra-indra pasar dan cara-cara komunikasi kita, … media baru biasanya bukan merupakan sistem tersendiri. Alih-alih, media baru memperluas sistem yang sudah ada.
Kebanyakan kota besar menawarkan pelayanan papan buletin, yang memungkinkan orang memberikan pengumuman pada suatu file yang terbuka bagi semua pengguna sistem tersebut. Dengan cara ini percakapan komputer berkembang dan subkultur yang unik berkembang, untuk berbagi kepentingan… banyak pelayanan papa buletin juga dihubungkan dengan pelayanan pengarahan perjalanan nasional yang mengirimkan pesan dalam semalam dan gratis dari satu papan buletin ke papan buletin lainnya di seluruh negeri (Gergen, 1991)
Electricity promised, so it seemed, the sama freedom, decentralization, ecological harmony, and democratic community… but also promised the same power dan economic expansion (Jhon H. Quirk, 1989)

Berikut  tabel yang menunjukkan teknologi baru dalam tingkat komunikasi tradisional.

Tingkat
Bentuk Tradisional
Penerapan Teknologi
Antarpersona
Tatp muka, surat, telepon
Telepon, hubungan kelompok pribadi, surat elektronik, voicegram
Kelompok
Tatap muka
Konferensi telepon, telekomunikasi komputer
Organisasional
Tatap muka, memo, interkom, telepon, pertemuan
Konferensi telepon, surat elektronik, manajemen dengan bantauan komputer, sisitem informasi, faksimil.
Publik
Surat kabar, majalah, buku, televisi, radio, film
Videotape, video disk, TV kabel, TV satelit langsung, videoteks, teleteks, sistem informasi digital

Kini teknologi komunikasi informasi digunakan juga dalam bidang kesehatan yang disebut dengan telemedicine. Bisnis sudah banyak menggunakan telekonferensi. Dalam bidang pendidikan, televisi dan TV kabel juga digunakan, juga di masa depan surat elektronik atau surat suara, konferensi para orangtua dan para guru mungkin akan lebih sering lagi.
Penerapan kemajuan teknologi dapat pula mengintensifkan selektivitas khalayak komunikasi  massa. Sebaliknya, teknologi juga telah memungkinkan media massa untuk menjadi lebih selektif. Misalnya dalam bidang penerbitan, buku-buku sekarang dapat dicetak bila diperlukan, dengan beberapa bagian ditambahkan aatau dibuang, sesuai dengan permintaan pembaca.
Penerapan fiber optik diperkirakan dapat mereduksi kesenjangana penggunaan teknologi di masyarakat. Dari sana akan dapat ditingkatkan jumlah pemakaian alat-alat audio, video, dan data komputer. Lewat pendidikan interaktif melalui video dan jaringan komputer akan mungkin bagi jaringan fiber optik untuk meningkatkan tingkat pendidikan di pedesaan dan mengembangkan banyak kota kecil. Namun demikian dikhawatirkan jaringan serat optik yanga begitu mahal dapat menciptakan kaum elit TI yang tidak mengindahkan masyrakat dalam wilayah yang tidak terlayani teknologi itu. Tesis teknologi komunikasi dapat mempersatukan masyarakat, justru kembali perlu dipertanyakan.
Komunikasi adalah kebutuhan mendasar manusia. Dengan teknologi komunikasi yang baru telah banyak meningkatkan komunikasi antar budaya. Orang-orang dapat berkomunikasi, mengenal dan mengetahui berbagai macam budaya bangsa dengan mudah dan cepat. Jhon H. Quirk (1989) mengungkapkan kekuatan elektronik dalam komunikasi dan transportasi berfungsi untuk memfasilitasi difusi budaya, pemerataan populasi, dan desentralisasi kekuasaan.
Buck (1988)  mengungkapkan bahwa media massa memungkinkan komunikasi emosional spontan untuk pertama kalinya dan bahwa media dengan kehadirannya boleh jadi menciptakan komunitas global. Namun, merunut pada sejarah peradaban manusia yang lama berkutat dengan teknologi komunikasi mulai dari mesin cetak dan telepon justru menimbulkan kekacauan bahkan mengancam kehidupan normal kehidupan manusia.
Dennis Mc Quail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, mengatakan, permasalahan komunikasi massa bersifat komprehensif, yang melibatkan gagasan yang berkenan dengan setiap proses “peringkat bawah”. Para individu menerima dan menangani banyak informasi secara langsung dari media massa.  Hubungan, kelompok dan institusi sosial lainnya acapkali dipaparkan dalam media dan ditanggapi serta dipelajari dengan cara lebih kurang sama dengan kenyataan sebenarnya.
Dalam memproduksi informasi, media massa tetap harus memperhatikan kondisi komunikasi sebagai sasarannya—dalam hal ini adalah masyarakat. Media yang ingin berhasil menyampaikan pesan dengan tepat kepada media harus benar-benar mengenal masyarakat yang dituju. Tanpa itu media tak akan berari apa-apa di mata masyarakat. Oleh sebab itu media berperan sangat besar dalam menentukan apa yang diinginkan oleh masyarakat dan juga sebaliknya. Seperti teori Agenda Setting dan Hipodermic Needle, di mana pesan sangat berpengaruh kepada masyarakat sebagai komunikannya. Jadi, masyarakat adalah objek media itu sendiri, bukan subjek. Inilah juga yang merangsang pengembang dan ilmuwan untuk mengembangkan teknologi informasi yang pesat dan selalu canggih.
Dua puluh dua tahun yang lalu, Marshall Mc Luhan menulis buku Media is the Message meramalkan bahwa media lebih menentukan isi pesan, karena media itu yang membawa pesan itu. Seberapa jauh pesan itu sampai, seberapa jauh luas khalayak yang dicapai dan bagaimana dampaknya pada masyarakat, ditentukan oleh media itu sendiri
Pada awal milenium kedua ini ditandai dengan merjernya American Online (AOL) dengan  Time Warner. AOL, perusahaan raksasa internet itu bergabung dengan perusahaan media yang sudah menggurita puluhan tahun lamanya. Banyak media mulai menggabungkan diri dengan perusahaan jaringan internet, atau setidaknya membuat jaringan sendiri di dunia virtual itu demi pengembangan dan perluasan informasi kepada khalayak. Dengan demikian informasi yang disampaikan bisa semakin beragam dan sangat cepat serta tentu saja lebih mudah dalam hal penanganan dan pengontrolannya.
Perkembanga yang sedang berlangsung menyangkut teknologi media ini adalah bagaimana menggabungkan siaran radio dan televisi dengan internet. Hingga orang-orang dapat menikmati musik dan tayangan radio dan TV di internet sekaligus. Kemudian di bidang publikasi juga kecipratan. Buku yang selama ini kita kenal tidak akan kita jumpai lagi di masa akan datang. Tebalnya ensiklopedia digantikan dengan satu file saja. Isinya bisa kita lihat di e-book (buku elektronik). Seperti sebuah komputer saku yang bisa dibawa ke mana-mana tanpa kabel. Untuk mengakses buku yang lain, dengan mudah melalui internet, kita bisa membelinya di toko virtual. Mudah!
Teknologi media dalam berkomunikasi memang sangat menjanjikan kecepatan dan ketepatan penyampaian pesan kepada banyak orang-orang dalam yang bersamaan. Kemampuannya dalam hal kualitas memang tidak diragukan. Terutama adalah pemakaiannya yang sangat mudah dan sederhana. Namun yang dikhawatirkan dan selalu menjadi permasalahan adalah pemerataan jumlah alat dan pengetahuan/kecakapan menggunakannya. Adalah teknologi informasi penciptaan dan pengembangannya lebih banyak dikuasai oleh negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, Jepang, Taiwan dan Singapura. Keberhasilan semacam itu dimungkinkan karena mereka memiliki kemampuan dan kondisi modal yang mapan. Riset dan pengembangan (R&D) banyak disokong oleh pemerintah di kampus-kampus dan dilaksanakan oleh kalangan akademis. Selain itu memang kemampuan akademis dan IQ negara-negara itu lebih unggul. Inilah perbedaan utama dengan negara-negara berkembang. Akibatnya perkembangan teknologi informasi yang terbaru sulit dipakai merata di masyarakat. Itupun masih dalam tataran sebagai pemakai (user) belum dalam taraf mengembangkan atau menciptakan.
Sebagian masyarakat di negara berkembang masih mengandalkan komunikasi interpersonal dalam aktivitasnya sehari-hari. Hal yang berbeda dengan di AS, setiap rumah tangga, kantor, sekolah sudah menggantungkan hidupnya pada internet, telepon seluler, laptop, PDA dan lain sebagainya. Di sana komunikasi dengan menggunakan peralatan demikian, adalah sesuatu yang wajar dan menjadi bagian dari aktivitas yang hidup dan profesi yang memang membutuhkan kecepatan dan ketepatan.
Salah satu tolak ukur kemajuan sebuah negara adalah sampai di mana ia menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan dengan mantap, konprehensif dan total. Termasuk tentu saja teknologi komunikasi. Sebab, komunikasi memang kebutuhan dalam menjalani kehidupan yang dinamis menuju peradaban yang lebih maju. Demi mempercepat, menuju itulah teknologi media/informasi/komunikasi semakin dibuat canggih dan seterusnya demikian demi menjawab tantangan berkomunikasi yang lebih efektif.
Komunikasi lewat teknologinya sangat mempengaruhi pengetahuan, cara berpikir dan tingkah laku masyarakat. Informasi yang sampai sedemikian cepatnya, membuat teknik berpikir manusia semakin sederhana dan mudah. Berita-berita dan informasi terhangat dari seluruh dunia tersaji di depan mata sedetik setelah kejadian di dalamnya itu berlangsung. Hangat dan segar bisa dinikmati lewat koran pagi dan internet. CEPAT DAN MUDAH!

Referensi
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication—Konteks-Konteks Komunikasi, DR. Deddy Mulyana, MA, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996.
Carey, James, Communication As Culture—Essays on Media and Society, Unwin Hyman, Boston, 1989.
Ishadi SK, Jelajah, Trans TV, Jakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar